14 Agu 2017

5 Hal yang Termasuk dan Tidak Termasuk dalam Social Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial)

Jujur, tidak mudah bagi saya menulis artikel ini. Ya, separo karena menulis artikel ini memicu social anxiety saya. Tidak, saya bukan takut atau apa.... Tapi saya mungkin harus memberi peringatan kalau di bawah-bawah nanti ada luapan emosi. (Sebagian, saya akui, memang karena perlakuan masyarakat Indonesia pada masalah mental illness.)


Saya bukan pakar psikologi, bukan pula psikiater. Jadi, saya memutuskan untuk skip pengertian tentang social anxiety disorder atau social phobia. Saya sendiri lebih suka menyebutnya "social anxiety" daripada fobia. Kalau kalian tertarik mempelajari sendiri lebih dalam mengenai topik itu, di Google dan Youtube sudah banyak sekali ulasannya. (Nggak ada alasan males, karena bisa dibaca atau ditonton sendiri sambil tidur-tiduran.)

Tips:

  • Kalau memang mau cari-cari ulasan dari Google atau Youtube, cari yang berbahasa Inggris. Karena kalau yang berbahasa Indonesia cenderung sering salah kaprah atau kurang dalam pembahasannya.
  • Ada baiknya juga kalian nonton gambaran-gambaran kehidupan seseorang yang mengidap social anxiety di Youtube. Sudah banyak teman-teman kita yang membuat videonya secara kreatif, mendekati pengalaman nyata.


Ilustrasi Social Anxiety Disorder.
Saya akan langsung saja membahas apa saja yang termasuk dan tidak termasuk ke dalam gejala atau perilaku seseorang yang mengalami social anxiety disorder.

✖ BUKAN


Perilaku-perilaku di bawah ini bukan merupakan gejala social anxiety disorder.

  1. Pemalu
    Sifat pemalu menggambarkan ketidaknyamanan seseorang terhadap pendapat/judgment orang lain, karena apapun penyebabnya (misal: menjadi yang paling berbeda di antara kelompoknya, atau sedang dipuji atau dirayu). Seseorang yang mengidap social anxiety disorder bisa saja menunjukkan gelagat seperti seorang pemalu. Namun social anxiety disorder sangatlah berbeda dengan sifat pemalu.
  2. Pendiam
    Seseorang yang tidak banyak bicara tidak sekaligus menandakan bahwa dia mengidap social anxiety disorder. Bisa saja dia memang sifatnya begitu. Memang nggak suka basa-basi, atau mungkin dia hanya menikmati situasi sosial tertentu (sama temen-temennya sendiri, misal).
  3. Introvert
    Sederhana: introvert adalah kepribadian, bukan gangguan interaksi sosial. Fakta: kalian nggak harus jadi seorang introvert untuk mengidap social anxiety disorder. Satu yang mungkin sulit dicerna: ekstrovert juga bisa mengidap social anxiety disorder. Dan mereka nggak terus otomatis jadi introvert gitu aja dong. (Nggak seperti yang biasa kalian baca di novel atau manga, kepribadian manusia nggak berubah segampang itu.)
  4. Antisosial
    Dalam ilmu psikologi, ada yang dikenal dengan "asosial" dan "antisosial". Keduanya mirip, meskipun berbeda. Seorang asosial tidak memandang adanya ketergantungan antara dia dan masyarakat di lingkungannya. Sifat ini merupakan atribut dari kepribadian introvert. (Artinya, mereka tidak menggantungkan kepuasan pada kehidupan sosial.) Sedangkan seorang antisosial nyata-nyata memiliki ketidaksukaan terhadap masyarakat. Asosial dan antisosial bukan gangguan. Sedangkan social anxiety disorder adalah salah satu bentuk gangguan.
  5. Pemalas
    Copy-paste, ya, dari penjelasan nomor 3. Pemalas adalah sifat, bukan gangguan interaksi sosial. Sifat pemalas adalah nama bagi kebiasaan suka menunda. Sedangkan social anxiety disorder sangat jauh dari pengertian itu.

✓ YA


Gejala utama yang dirasakan seorang pengidap social anxiety disorder adalah kecemasan atau ketakutan berlebih. (Jenis kecemasan dan ketakutan yang bikin jantung deg-degan kenceng, keringat dingin, pucet, kayak tinggal nungguin semaput aja.) Terhadap apa? Terhadap semua yang diakibatkan oleh adanya interaksi sosial. Ketakutan ini menyebabkan pengidapnya terganggu dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Tiap pengidap merasakan gangguan mereka berbeda-beda. Di bawah ini saya paparkan 5 dari sekian banyak hal yang saya lakukan, akibat social anxiety disorder.

  1. Membatalkan janji dengan teman, padahal sudah berpakaian dan berdandan lengkap
    Sudah ngobrak-abrik lemari baju sampai nemu baju main yang nggak lusuh, sudah makeup-an cantik, sudah pilih sepatu sandalnya... sampai di pintu rumah, eh, keinget siapa saja yang bakal dateng di acara mainnya. Lalu kebayang skenario percakapan-percakapan yang pasti terjadi. ("Nanti si anu pasti nanyain soal ini", "Nanti si anu pasti mbahas soal ini", "Nanti si anu pasti pamer soal ini.") Mendetil, lebih detil daripada itu. Dan.... yap. Just can't deal with it without losing my grip.
  2. Menghitung jumlah uang di dompet sebelum melaju ke kasir
    Dari rumah sudah dipastikan duitnya. Sampai di halaman parkir supermarket, ngitung duit lagi di dalem kepala. Sampai di supermarket, keluarin hape, buka aplikasi kalkulator, ngitung sendiri total harga di keranjang, terus nginget-nginget lagi tadi duitnya berapa. Selesai belanja, nginget-nginget lagi kalau jumlah duitnya cukup atau kurang, dan bawa cadangan kartu debit atau enggak. Kenapa? Karena kasir ngomong "maaf, uangnya kurang" itu bakal menjadikan saya pusat perhatian, dan itu horor.
  3. Mengosongkan beberapa jam, tidak berkegiatan khusus apapun, sebelum waktunya keluar rumah
    Yang sering saya ngajak main dadakan pasti hapal reaksi saya gimana. Yap. "Lain kali, ya."
  4. Tergerak untuk mengajak ngobrol seseorang, tapi batal
    Ngliat ada yang duduk sendirian di kelas. Ya udah, didiemin aja. Mending sibuk sendiri. Walaupun iya, saya akui, meskipun tangan sibuk megang hape, kepala saya sibuk membayangkan skenario percakapan yang bisa saja terjadi di antara saya dan dia.

    Ngliat ada yang mual-mual di gym. Inget bawa minum air ples daun mint. Tahu khasiat mint salah satunya ya mengurangi mual. Tapi apa saya mendekat? Nope. Cuma duduk-duduk aja di sekitar, ngliatin... dan ngliatin.... Walaupun sudah terkumpul niatan buat berbagi air mint. Dan walaupun sudah terbayang bakal diucapin terima kasih atau ditolak dengan halus dan wajah sumringah.
  5. Menghindari komunikasi via telpon
    Pasti pernah kan dapat telpon dari orang yang adanya bikin bad mood mulu. Dari ortu misal, karena tiap kali ortu nelpon, pasti nagih kapan lulus (becanda). Kebayang kan gimana bad mood-nya? Nah, bayangkan bad mood itu untuk setiap telpon yang masuk, dari siapapun, dan seperti apapun isi obrolannya nanti. Itu bahkan masih bad mood, belum anxiety attack (serangan kecemasan).
Bagikan, ya, ke teman-teman. Kepada yang mengidap social anxiety disorder boleh, kalau kamu tertarik memastikan. Saya kira banyak kok di antara kita yang mengidap gangguan ini. Ini bukan gangguan berinteraksi sosial yang langka. Atau kalau kamu yang memiliki social anxiety disorder dan ingin teman-temanmu lebih paham kondisimu, silakan.

0 komentar:

Posting Komentar