16 Agu 2017

Kalau Social Anxiety Disorder/Gangguan Kecemasan Sosial Bisa Bicara

Peringatan: kalau kamu memiliki gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder, uraian di bawah ini mungkin bakal memicu kecemasanmu. Read on your own risk. 

Catatan: Cetak tebal - kalimat yang sebenarnya diperdengarkan. Cetak biasa - monolog dalam hati.

Di Depan Kasir


"Selamat siang! Ini saja?"
"Jangan cuma ngangguk. Keluarin suaramu."
"Ya ampun, suaramu lirih banget. Dari dulu udah sering dibilangin, kan, suaramu lirih banget."
"Nggak usah pakai senyum. Gigimu jelek. Tuh, kan, si kasir sampe nggak nyaman kamu senyumin."
"Kasir itu ramah ke semua orang."
"Cepetan tuang barang ke meja kasir. Antrian di belakang udah panjang. Jangan bikin macet."
"Mungkin mereka capek sesiangan ngurus order. Jadinya mereka nggak senyum ke kamu."
"Bajumu nggak modis. Kucel. Kamu kan memang nggak punya selera fesyen. Kasir aja nggak mau senyum ke kamu. Keliatan kamu nggak pantes disenyumin cuma dari bajumu."
"Bawa duit cukup, nggak? Bawa kartu debit, nggak? Buka dulu gih dompetmu."
"Dasar nggak bisa nabung. Baru kekumpul duit ada, udah langsung pingin dibelanjain."
"Terima kasih, selamat berbelanja kembali."
"Kenapa diem aja? Sombong."
"Hahah, sapa yang njawab makasih pake makasih?"
"Dah, cepetan minggir, antrian di belakang udah panjang."
"Jalan biasa aja, nggak usah pake gaya. Jalan cepet, cepet, cepet."

Di Kelas


"Makanya berangkat lebih awal, jadi dapet bangku di belakang kelas. Kalau duduk di depan jadi nggak ada perisainya kan. Dosen bakal lihat apapun yang kamu lakukan."
"Buka buku. Pura-pura sibuk. Pasang wajah sok merhatiin. Kalau diajak omong temen, diemin aja kalau nggak penting. Jangan diladenin."
"Sekarang coba ngerjainnya maju ke depan satu-satu ya."
"Nah lho."
"Jangan tatap mata dosen. Nanti kamu dipanggil."
"Pura-pura sibuk."
"Coba kamu jawab."
Deg.
"Tadi denger kan soalnya?"
Deg deg deg deg...
"Tadi kayaknya sempat baca kan di halaman sebelumnya. Nggak tahu halaman berapa."
"Skim-skim-skim."
"Ketemu, nggak?"
"Coba jawab. Udah diliatin tuh sama temen-temen sekelas."
Deg-deg-deg-deg-deg-deg-deg!

Bersama Teman-teman


"Memangnya kamu disukai teman-temanmu? Kamu, kan, beda sendiri. Nyentrik."
"Kamu nunjukin kamu bangga jadi orang nyentrik. Bukannya kamu jadi bakal dikira gila ya sama temen-temenmu? Bukannya itu malah bikin mereka nggak mau temenan sama kamu, ya?"
"Obrolanmu nggak nyambung sama obrolan temen."
"Nggak usah lebar-lebar ketawanya. Gigimu jelek. Senyummu jelek kalo pake gigi."
"Lagi-lagi kamu. Kenapa sih kamu nggak tahu batas, nggak punya empati?"
"Kan, dia nggak balas chat. Dia bosen ngomong sama kamu. Soalnya kamu ngemis-ngemis simpati mulu ke dia."
"Dia nggak suka sama kamu. Liat tuh air mukanya. Kamu bisa liat kan dia lagi nge-judge kamu?"
"Bukan gitu caranya ngomong sama orang, tahu."
"Kamu kebanyakan ngomong bullsh!t di depan teman-temanmu."
"Nggak ada yang ngajak omong kamu, tahu."
"Kamu nggak akan pernah punya temen beneran. Dia temenan sama kamu karena dia orang baik."
"Besok lagi kalau ketemu orang itu, harus lebih dibaikin lagi."

Di Lift


"Yap, setiap pintu lift mbuka, semua orang pasti ngliatin kamu."
"Sana pepetin pintu, tapi sabar. Tunggu yang di dalam keluar dulu."
"Mojok, cari pojokan."
"Nggak usah liatin orang lain. Nanti kamu diliatin balik."

Telepon


♪Ringtone
Deg-deg-deg-deg-deg-deg-deg-
"Siapa yang nelpon?"
"Ngapain dia nelpon? Urusan darurat?"
"Nah lho. Kalau ngomong di depan langsung, bisa ditinggal ngalamun, menghindari kontak mata. Kalau lewat telpon, ngapain dong?"
"Apa harus ngomong sambil teriak-teriak karena sana nggak denger?"
"Duh, nggak kedengaran pula dia ngomong apa."
"Waduh, suaranya gede banget di receiver. Yang lain bisa denger nggak ya?"
"Idih, masa harus ngomong gini di depan orang lain?"
"Wow, kamu beneran nggak bisa ngomong ya kalau pake mulut. Patah-patah gitu."
"Kamu iya-iya, padahal nggak inget tadi dia ngomong apa kan."
"Semua orang bisa denger isi percakapanmu tadi sama dia."
Deg-deg-deg-deg-deg-deg-deg-

0 komentar:

Posting Komentar